Selasa, 13 November 2012

Konservasi Tanah Dan Air
Konservasi tanah yaitu penggunaan setiap bidang tanah dengan cara yang benar sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah (erosi, kerusakan fisik, kimia dan biologi tanah).
Ada tiga cara kehilangan air dari tanah yaitu:
Gerakan air bebas ke bawah (perkolasi) yang berasal dari air berkelebihan (jumlah air hujan yang masuk ke dalam tanah melabihi kapasitas menahan air). Pada permukaan tanah dan subsoil bagian atas perkolasi biasanya mengakibatkan hilangnya garam atau larutan kalsium, kalium, magnesium dan sulfat.
Run off, merupakan air berkelebihan melalui permuakaan tanah. Kehilangan karena aliran permukaan ini mencangkup tidak hanya air akan tetapi sejumlah tanah.
Evaporasi, yaitu kehilangan air karena penguapan.
Jenis-jenis sarana konservasi tanah dan air di areal perkebunan kelapa sawit di PT. Inti Indosawit Subur antar lain:
Kondisi rata (flat-undulating)
Pemeliharaan tanaman penutup tanah yaitu leguminous Cover Plants (LCP).
Aplikasi janjangan kosong.
Penyusunan Pelapah.
Tanah agak miring (Rolling)
Pemeliharaan tanaman penutup tanah (LCP).
Aplikasi janjangan kosong.
Penyusunan Pelapah.
Tapak kuda.
Rorak (slit Pit).
Teras konservasi (consrevation terrace).


Tanah miring (Hilly)
Pemeliharaan tanaman penutup tanah (LCP).
Penyusunan Pelapah.
Teras kontur dengan stop brand.
Tanah sangat miring (sleep)
Pemeliharaan tanaman penutup tanah (LCP).
Penyusunan Pelapah.
Teras kontur dengan stop brand.
Tanah rendahan pada setiap klasifikasi kemiringan
Pemeliharaan tanaman penutup tanah (LCP).
Teras kontur dengan stop brand.
Pembuatan parit (drainase).
Teknik sarana konservasi tanah dan air
Pemeliharaan tanaman penutup tanah
Tanaman penutup tanah yang sering digunakan adalah tanaman kacangan (leguminous Cover Plants). Adapun manfaat LCP antara lain:
Menekan pertumbuhan gulma, sehingga dapat menghemat biaya pengendalian gulma.
Meningkatkan kesuburan tanah melalui fiksasi N dari udara dan penambahan biomasa LCP.
Memperbaiki kondisi fisik tanah dan menjaga kelembaban tanah.
Mencegah dan mengurangi erosi permukaan tanah.
Menekan pertumbuhan hama dan penyakit tertentu.
Ada beberapa jenis kacangan yang terdapat di perkebunan PT. Inti Indosawit Subur antara lain yaitu dari jenis Mucuna bracteata (MB), dan Calopogonium mucunoides (CM.
Gambar 20. Tanaman kacangan jenis Calopogonium mucunoides (CM)
Gambar 21. Tanaman kacangan jenis Mucuna bracteata (MB)
Selama melakukan pengamatan di lapangan populasi kacangan jarang ditemukan dan digantikan oleh beberapa populasi gulma.
Gambar 22. Tanaman kacangan yang tersaingi oleh gulma
Tanaman penutup tanah dengan segala manfaat yang dimiliki perlu untuk diupayakan keberadaanya maka perlu untuk dilakuakan pemeliharaan dan penanaman kembali.
Aplikasi janjangan kosong (JJK)
Gambar 23. Aplikasi janjangan kosong dalam rangka konservasi tanah dan air.
Untuk penjelasan aplikasi janjangan kosong telah dijelaskan pada bab pemupukan yaitu pada pupuk organik.

Penyusunan pelepah
Penyusunan pelepah pada berbagai kemiringan dapat dilihat pada bagian tunas pokok.
Gambar 24. Penyusunan pelepah dalam rangka konservasi tanah dan air.
Tapak kuda (planting flat form)
Berukuran 3 m x 3 m sampai 4 m x 4 m.
Pembuatan tapak kuda
Dalam pembuatan tapak kuda hal yang pertama dilakukan adalah memancang yaitu areal yang akan dibuat terlebih dahulu harus dipancang sesuai titik tanam. Pembuatan tapak kuda tepat pada pancang tanam dan dilakukan sebelum penanaman. Hal pertama yang dilakuakan adalah permukaan tanah dibersihkan dari humus dan akar-akar, tanggul dan kayu. Tanah galian diusun untuk tanah bagian yang ditimbun. Setelah terbentuk dilakukan pengerasan hingga padat pada tanah timbunan tersebut dan harus membentuk kemiringan 100-150.


















Gambar 25. Penampang melintang tapak kuda

Agar fungsinya tetap maksimal pemeliharaanya harus teratur untuk memperbaiki tapak kuda yang rusak, pada tahap selanjutnya perbaikan tapak kuda hanya memperbaiki lembar permukaan dengan sudut kemiringan 100- 150 dan memadatkan pinggirannya.
Teras konservasi dan rorak
Teras konservasi
Teras konservasi dengan lebar 2,5 m harus dibuat secara mekanik mengikuti kontur dengan interval 20 – 25 cm. Jumlah teras konservasi tergantung panjang lereng. Tujuanya untuk mengurangi panjang lereng dan kecepatan aliran air permukaan.
Teras konservasi harus dibangun dengan kemiringan 100 – 150 dan stop band harus dibangun setiap interval 20 m sepanjang teras untuk mengurangi pergerakan air permukaan secara lateral.
















Gambar 26. Penahan benteng (stop band) pada teresan
Rorak (Silt pit)
Gambar 27. Keadaan rorak di areal kelapa sawit
Rorak merupakan bangunan konservasi yang berfungsi sebagai penangkap air. Jumlah dan jarak antar rorak tergantung dari lokasi kemiringan lahan, curah hujan dan kondisi lokasi.
Perawatan rorak harus rutin dilakukan sehingga fungsinya dapat maksimal. Apabila telah terisi 50 % dengan tanah atau pasir harus segera dilakukan pencucian. Tanah bekas pencucian ditempatkan dibawah rorak atau tumpukan galian sebelumnya.


Pembuatan rorak











Gambar 28. Penampang melintang rorak
Teras Tanaman (Planting terrace)
Gambar 29. Teras tanaman
Pembuatan teras tanaman harus selalu dimulai dari teras yang paling atas kemudian dilanjutkan teresan di bawahnya. Letak garis kontur untuk teras tanaman harus timbang air (water pass). Pembuatan teras tanaman dilakukan secara mekanik menggunakn bulldoser dengan sudut kemiringan 1000 – 1500 mengarah ke dinding. Lebar teras 3-4 m tergantung kemiringan lahan. Pemeliharaan secara rutin untuk memperbaiki teras tanaman yang mengalami kerusakan.


Parit
Parit merupakan sarana untuk mengelola air (water management) di areal pertanaman. Pembuatan parit sendiri sesuai dengan kebutuhan. Parit memiliki fungsi sebagai berikut:
Menyalurkan kelebihan keluar areal tanaman.
Menahan dan menyimpan pada musim kemarau.
Dampak yang ditimbulkan akibat terganggunya fungsi parit yaitu:
Terjadinya banjir atau genangan air di areal tanaman sehinggga menghambat pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan, panen dan pengangkutan.
Pertumbuhan akar dan penyerapan unsur hara terganggu.
Tanaman menjadi stres jika kelebihan air atau kekurangan air.
Adapun jenis-jenis parit antara lain:
Parit batas (perimeter drain)
Yaitu parit yang terletak dibatas kebun. Fungsinya sebagai pembatas dan membentuk benteng untuk menahan masuknya air dari luar. Pembuatan parit batas setelah diketahui batas konsesi.
Parit pembuangan (outlet drain)
Yaitu parit yang terletak di luar kebun. Fungsinya mengalirkan air dari parit utama ke luar areal kebun. Waktu pembuatan parit ini setelah diketahui batas konsesi kemudian dilakukan survey topografi berkaitan dengan rencana pembuatan parit pembuangan, pembuatanya dilakukan sebelum pembukaan lahan.
Parit utama (main drain)
Yaitu parit yang arahnya menyesuaikan dengan letak dan arah sungai utama. Fungsinya mengalirkan air ke parit pembuangan atau perimeter dan sebagai batas blok besar. Pembuatan parit utama sebelum dan saat pelaksanaan LC (Land Clearing).
Parit pengumpul (colection parit)
Yaitu saluran cabang atau sekunder. Fungsinya antara lian menampung kelebihan air dari parit lapangan, menampung air dari kaki bukit, mengatur ketinggian permukaan air di dalam blok dan sebagai batas blok kecil. Pembuatanya dilakukan sebelum pelaksanaan LC (Land Clearing) dan setelah pembuatan parit utama.
Parit lapangan (subsidery drain)
Yaitu saluran subsider. Fungsinya mengalirkan air dari dalam blok untuk menghindari genangan. Pembuatanya dilakukan sebelum atau sebelum penanaman bibit kelapa sawit di lapangan.
Parit memiliki ukuran yang berbeda-beda hal ini mengacu pada jenis parit yang memiliki fungsi yang berbeda juga. Berikut merupakan ketentuan ukuran parit untuk area internal dan lowland.
Tabel 9. Ukuran saluran parit pada jenis tanah yang berbeda.
Jenis saluran parit
Areal mineral (m)
Areal lowland (m)

Lebar
Dalam
Tinggi
Lebar
Dalam
Tinggi
Parit batas
-
-
-
6
4
4
Parit pembuangan
6
3
2,5
6
4
4
Parit utama
4
2
2
4
3
3
Parit pengumpul
2
1
1
4
3
3
Parit subsidern
1
0,8
0,6
1
1
1

Titik pertemuan harus membelok ka arah aliran air dan sama sekali tidak boleh tegak lurus.



Gambar 30. Titik pertemuan parit

Dalam mempertahankan fungsinya parit memerlukan pemeliharaan agar fungsinya dapat maksimal, berikut ini merupakan gambar parit yang kurang mandapatkan perawatan.
Gambar 31. Parit yang kurang terawat
Pemeliharaan parit mutlak untuk dilakukan, pemeliharaan parit meliputi pencucian parit dimana membuang rumput, sampah dan gulma dan sebagainya yang berada dipermukaan air yang dilakukan secara manual. Pendalaman parit dilakukan secara manual yaitu dengan pengorekan tanah dan lumpur, tanah hasil galian dibuang ke dalam areal kebun jangan dibuang di areal kaki lima.
Untuk mengidentifikasi parit yang akan diperdalam ke dalam parit harus dilakukan pengukuran setiap awal tahun, pengukuran dilakukan hanya untuk parit pengumpul dan parit subsider. Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan pipa PVC yang berdiameter 1,5“ dengan panjang pipa 2 m. Pada setiap parit kedalam parit diukur pada tiga titik di sepanjang parit yaitu pada kedua ujung dan tengahnya. Rata-rata dari ketiga titik tersebut merupakan kedalaman parit. Selanjutnya dilakukan pemetaan per blok sehingga mempermudah kontrol dan perencanaan.
Pengelolaan air (water management)
Pengelolaan kelapa sawit di lowland memerlukan teknologi khusus yang berbeda dengan tanah mineral. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan lowland antara lain:
Ketebalan, kematangan, sifat fisiik dan kimia gambut.
Sungai alam sekitar lahan yang dikelola.
Jarak lahan terhadap pantai atau laut (air asin).
Kemungkinan banjir serta “back flow” atau aliran balik dari outlet air sungai.
Tinggi permukaan air tanah.
Penurunan permukaan lahan lowland setelah dibuat saluran drainase
Sumber tanah material untuk kebutuhan timbun jalan, pembibitan dan lokasi pabrik.
Lowland merupakan lahan marginal dan rapuh yang pemanfaatnya memerlukan perencanaan dan penanganan khusus. Kesalahan dalam pembukaan lahan ini akan membutuhkan biaya besar dan usaha yang sulit untuk memperbaikinya. Adapun kendala dalam pengolahan lowland antara lain:
Kendala agronomis
Beberapa sifat fisik, kima dan biologi lowland merupakan faktor pembatas terhadap pertumbuhan dan produksi kelapa sawit. pH yang sangat rendah mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Apabila lowland mengalami over drained (terlalu kering) akan mengakibatkan “irreversible drying” tidak dapat menyerap dan menahan air. Pokok doyong adalah kondisi yang dapat terjadi pada Lowland pada saat tanaman berumur 3 tahun atau lebih, hal ini disebabkan karena lowland yang telah dibuat saluran drainase mengalami penurunan tanah yang berlangsung sangat cepat ditahun pertama dan kedua pada generasi pertama. Pada tanah ini juga sering ditemukan defisiensi unsur hara kalium (K) dan mikro terutama tembaga (Cu), seng (Zn), dan boron (B). Bahaya serangan rayap juga dapat menjadi masalah hal ini disebabkan karena pada saat pembukaan lahan tidak bersih dan banyak potongan-potongan kayu yang tertinggal di tertimbun di lapangan.
Kendala non agronomis
Lowland memiliki resiko kebakaran sangat tinggi hal ini disebabkan karena di dalam areal kemungkinan terjadi defisiensi air, sehingga mengakibatkan bahan organik mudah terbakar. Teknologi yang dapat diterapkan pada lowland antara lain:
Pengaturan drainase, tanggul dan pintu air dengan baik, bertujuan untuk mengontrol aras air pada posisi optimal.
Jika posisi kebun lebih rendah dari sungai sekitar maka pengeluaran air dapat menggunakan pompa air.
Pembukaan lahan dengan prinsip (zero burning), kayu balok dan tunggak seharusnya dikeluarkan dari lahan terutama dijalur tanaman dan pasar rintis.
Pemadatan (composting) disepanjang jalur tanaman dan pasar rintis menggunakan alat berat.
Penimbunan dan pemadatan jalan untuk transportasi hasil panen dan logistik.
Pemupukan yang benar dan optimal.
Pengelolaan air berperan penting dalam menjaga permukaan air tanah. Pengelolaan air meliputi kegiatan irigasi dan drainase. Sarana pengelolaan air antara lain:


Pintu air (water gate)
Berfungsi menahan air luar masuk ke areal kebun dan menahan air dalam kebun apabila permukaan air sudah turun sampai batas normal yang dibutuhkan.
Bendungan (weir)
Berfungsi untuk mempertahankan permukaan air pada posisi yang sesuai kebutuhan lahan.
Pompa air
Berfungsi mengeluarkan air dari lahan pada saat banjir dan apabila kemarau air diluar lebih tinggi daripada dalam.
Tanggul
Berfungsi mencegah air dari luar masuk ke dalam lahan.
Gambar 32. Tanaman yang doyong pada areal gambut
Dalam kegiatan produksi kelapa sawit masih terdapat kegiatan atau pekerjaan yang berhubungan dengan konservasi tanah dan air di antaranya yaitu pembuatan jalan dan pembuatan jembatan di titik-titik tertentu pada jalan-jalan pengangkutan selain itu juga terdapat konservasi hutan lindung yang terdapat di sekitar areal perkebunan.



Jembatan
Jembatan adalah penghubung jalan pada aliran parit, sungai, jurang dan lain sebagainya.
Jenis-jenis Jembatan di Perkebunan:
Jembatan kayu; Balok, Papan bertiang, Batang kayu.
Jembatan dari gorong-gorong (culvert); Buist beton, Baja bergelombang (multi-plate), Box-Culvert.
Jembatan beton atau baja bertulang.
Titi panen beton.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan jembatan antara lain:
Jembatan harus tegak lurus dengan arah aliran air.
Debit air pada saat banjir.
Ukuran parit yang telah ada.
Kriteria jalan tersebut (Acess-road, Main-road, Collection-road).
Jenis tanah.
Selama kegiatan magang terdapat pemasangan gorong-gorong yang terpasang di beberapa titik. Dalam pemasangan gorong-gorong harus memperhatikan beberapa hal antara lain:
Dasar parit diratakan, tidak boleh tergenang air.
Diberi bantalan kayu keras (dibuat semacam tangga-tangga sehingga gorong-gorong dapat lurus).
Gorong-gorong diletakkan diatas bantalan kayu, dipasang rapat dan lurus (terutama pada dinding sebelah dalam gorong-gorong).
Pada sambungan gorong-gorong disemen.
Penimbunan.
Pembuatan wing wall (cerucuk atau goni tanah).
Dalam pemeliharaan jembatan, di PT. Inti Indosawit Subur melakukan beberapa tindakan antara lain:
Monotoring debit air pada saat banjir.
Monitoring sampah atau kotoran yang hanyut.
Erosi tanah disekitar jembatan (run-off).
Pasang cerucuk atau karung isi tanah disamping kanan-kiri jembatan.
Timbun tanah disekitar jembatan.
Pelapisan ter atau oli kotor dipermukaan kayu.
Penyisipan papan yang rusak atau busuk.
Pemasangan tanda Jembatan.






Jalan di areal perkebunan
Gambar 35. Jalan-jalan di sekitar areal perkebunan
Kawasan hutan lindung
Gambar 36. Kawasan hutan lindung

REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG BATU BARA

REKLAMASI LAHAN
BEKAS TAMBANG BATU BARA




                                              

Oleh:
Agung Pribadi
134090017



PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2012
  1. PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Kegiatan pembangunan seringkali menyebabkan kerusakan lingkungan, sehingga menyebabkan penurunan mutu lingkungan, berupa kerusakan ekosistem yang selanjutnya mengancam dan membahayakan kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Kegiatan seperti pembukaan hutan, penambangan, pembukaan lahan pertanian dan pemukiman, bertanggung jawab terhadap kerusakan ekosistem yang terjadi. Akibat yang ditimbulkan antara lain kondisi fisik, kimia dan biologis tanah menjadi buruk, seperti contohnya lapisan tanah tidak berprofil, terjadi bulk density (pemadatan), kekurangan unsur hara yang penting, pH rendah, pencemaran oleh logam-logam berat pada lahan bekas tambang, serta penurunan populasi mikroba tanah.
Begitu juga dengan penambangan batu bara, pada lahan bekas tambang batu bara masalah utama yang timbul adalah perubahan lingkungan. Perubahan kimiawi terutama berdampak terhadap air tanah dan air permukaan, berlanjut secara fisik perubahan morfologi dan topografi lahan. Lebih jauh lagi adalah perubahan iklim mikro yang disebabkan perubahan kecepatan angin, gangguan habitat biologi berupa flora dan fauna, serta penurunan produktivitas tanah dengan akibat menjadi tandus atau gundul
Untuk itu diperlukan adanya suatu kegiatan sebagai upaya pelestarian lingkungan agar tidak terjadi kerusakan lebih lanjut. Upaya tersebut dapat ditempuh dengan cara merehabilitasi ekosistem yang rusak. Dengan rehabilitasi tersebut diharapkan akan mampu memperbaiki ekosistem yang rusak sehingga dapat pulih, mendekati atau bahkan lebih baik dibandingkan kondisi semula. Dan salah satu cara yang dapat dilakuakan adalah dengan melakukan reklamasi lahan.
  1. Tujuan
Untuk mengetahui tekhnik reklamasi lahan bekas tambang batu bara.

  1. ISI
Potensi sektor pertambangan telah terinventarisir berbagai jenis bahan galian, yakni sebagai berikut:
  1. Golongan A (bahan galian strategis)
Bahan Galian Strategis (Golongan A) adalah suatu bahan galian yang merupakan strategi dalam hal kegiatan Pertahanan dan Keamanan serta Perekonomian suatu Negara (daerah). Seperti : Minyak Bumi, Nikel dan Batu Bara.
  1. Golongan B ( bahan galian vital)
Bahan Galian Vital (Golongan B) adalah suatu bahan galian yang sifatnya mempengaruhi hajat hidup orang banyak. Seperti : Kromit dan Besi Calkopirit (CuFeS2), Pirit dan Galena.
  1. Golongan C (bahan galian non strategis dan vital) Seperti : Lempung, Batu Giok (Jade), Talk dan Marmer.
Batu bara atau batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Analisis unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit.
Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut.
  1. Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.
  2. Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.
  3. Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.
  4. Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya.
  5. Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.
Di Indonesia, endapan batu bara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan), pada umumnya endapan batu bara ekonomis tersebut dapat dikelompokkan sebagai batu bara berumur Eosen atau sekitar Tersier Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau sekitar Tersier Atas, kira-kira 20 juta tahun yang lalu menurut Skala waktu geologi.
Batu bara ini terbentuk dari endapan gambut pada iklim purba sekitar khatulistiwa yang mirip dengan kondisi kini. Beberapa diantaranya tegolong kubah gambut yang terbentuk di atas muka air tanah rata-rata pada iklim basah sepanjang tahun. Dengan kata lain, kubah gambut ini terbentuk pada kondisi dimana mineral-mineral anorganik yang terbawa air dapat masuk ke dalam sistem dan membentuk lapisan batu bara yang berkadar abu dan sulfur rendah dan menebal secara lokal. Hal ini sangat umum dijumpai pada batu bara Miosen. Sebaliknya, endapan batu bara Eosen umumnya lebih tipis, berkadar abu dan sulfur tinggi. Kedua umur endapan batu bara ini terbentuk pada lingkungan lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip dengan daerah pembentukan gambut yang terjadi saat ini di daerah timur Sumatera dan sebagian besar Kalimantan (Anonim, 2012).
Deifinisi Reklamasi yang berkaitan tentang kegiatan Pertambangan yaitu suatu usaha memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi dalam kawasan hutan yang rusak sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan dan energi agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya.
Istilah lain yang berkaitan dengan reklamasi yaitu rehabilitasi lahan dan revegetasi. Rehabilitasi lahan adalah usaha memperbaiki, memulihkan kembali dan meningkatkan kondisi lahan yang rusak (kritis), agar dapat berfungsi secara optimal, baik sebagai unsur produksi, media pengatur tata air maupun sebagai unsur perlindungan alam lingkungan. Revegetasi merupakan suatu usaha atau kegiatan penanaman kembali lahan bekas tambang.
Setiap Perusahan Tambang yang mau membuka usaha pertambangannya dengan IUP Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan IUP Khusus (IUPK) harus wajib terlebih dahulu menyerahkankan REKLAMASI dan rencana pasca tambang pada saat mengajukan permohonan IUP ataupun IUPK (UUD No.4 Tahun 2009 pasal 99), jadi disini dapat kita simpulkan kan bahwa reklamasi sangatlah penting.
Adapun Tahapan atau kegiatan yang dilakukan dalam reklamasi lahan pertambangan ialah:
  1. Melakukan penimbunan lahan kemudian menempelkan lapisan tanah yg subur (top soil) di lahan yang akan direklamasi. Ini bertujuan untuk memberikan lapisan penyubur sehingga memudahkan tanaman untuk tumbuh dan memberikan kekuatan menyangga tanah karena lahan eks tambang umumnya miskin unsur hara, memiliki porositas tinggi dan penyerapan air rendah.
  2. Tahap persiapan lahan yaitu dengan perataan lahan (contour leveling). Tahapan ini adalah meratakan sehingga nantinya memudahkan penimbunan top soil, menguatkan porositas da menyerap air. Reklamasi memang dapat dilakukan di lahan miring atau lereng meskipun akan ditemui banyak kesulitan. Lahan yang kemiringannya sudah diratakan akan memudahkan proses lanjut reklamasi. Pemadatan lapisan tanah untuk menstabilkan lereng ini dilakukan dengan tractor, grader atau bulldozer (sheep foot roller). Di beberapa lokasi lahan yang curam, maka pemadatan ini ditarik dengan bulldozer. Setelah tanah dipadatratakan, maka selanjutnya perlu dibuat saluran drainase untuk mengatur penyaliran.
  3. Hydroseeding adalah aktivitas penyebaran atau penyemaian lahan reklamasi dengan bibit tanaman perintis (umumnya yang digunakan adalah centrocema) yang sebelumnya telah dicampurkan dengan fertilizer dan aditif lainnya. Penyebaran dilakukan dengan truck hydro seeder. Hydro seeding ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas tanah sehingga tanaman akan mendapatkan lingkungan yang baik.
  4. Tahap selanjutnya bisa dilakukan penanaman pohon, Untuk penanaman pohon, maka disusun pembuatan lubang tanam untuk anakan dengan dimensi disesuaikan dengan kebutuhan. Media tanam yang diperlukan umumnya adalah tanah top soil, pupuk (kompos) dan fertilizer lainnya. Jarak tanam juga disesuaikan. Untuk memperkuat lahan maka biasanya ditambahkan jarring (mesh) di selanjang lokasi juga untuk mencegah longsor. Pohon yang ditanam dalam reklamasi adalah Pohon yang cepat tumbuh, biasanya Pohon Akasia. Pemilihan pohon cepat tumbuh (sengon, angsana/Pterocarpus Indicus atau akasia/Acacia Mangium) adalah alternative awal untuk merevegatasi lahan eks tambang. Tanaman ini adalah dua dari beberapa jenis tanaman reklamasi yang cepat tumbuh. Dalam beberapa tahun dengan maintenance yang baik, hampir dapat dipastikan reklamasi akan berjalan bagus.
Penambangan batubara terbuka (open mining) menghasilkan bahan-bahan non-batubara dalam jumlah besar, yang ditimbun di tempat lain (disebut overburden). Bahan-bahan tersebut terdiri atas campuran tanah bagian atas (horizon A dan B), dan bahan induk tanah, seperti batuliat (claystone), batulanau (siltstone), batupasir (sandstone), atau tufa volkan, yang mempunyai sifat fisik tanah buruk, dan seringkali mengandung unsur-unsur kimia beracun.
Teknik reklamasi terdiri atas gabungan:
  1. Penggunaan amelioran, berupa bahan organik, pupuk kandang, kapur pertanian,
  2. Penanaman tanaman penutup tanah, dan
  3. Penanaman kayu-kayuan (penghijauan).
  1. Penggunaan emulsi aspal (bitumenous emulsion), dan
  2. Menanam tanaman penutup tanah seperti Flemingia congesta.
Emulsi aspal berfungsi sebagai perekat butiran-butiran pasir sehingga membentuk agregat yang relatif stabil, agar mampu mengikat air untuk mendukung pertumbuhan tanaman Flemingia congesta adalah tanaman legum perdu, dapat mencapai tinggi 3-5 meter, tumbuh cepat, berdaun banyak, dapat dipangkas dan hasil pangkasannya digunakan sebagai pupuk organik, dan apabila terbakar mampu segera bertunas kembali.

  1. KESIMPULAN
  1. Reklamasi yang berkaitan tentang kegiatan Pertambangan yaitu suatu usaha memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi dalam kawasan hutan yang rusak sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan dan energi agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya.
  2. Teknik reklamasi terdiri atas gabungan yaitu Penggunaan amelioran, berupa bahan organik, pupuk kandang, kapur pertanian, penanaman tanaman penutup tanah, dan penanaman kayu-kayuan (penghijauan).
  1. DAFTAR PUSTAKA
Makalah "Hak dan Kewajiban Serta Larangan".2011.Kelompok VII.Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Palangkaraya.


Prasetyo Radyan. 2010. Reklamasi pada lahan tambang. (http://radyanprasetyo.blogspot.com/2010/10/reklamasi-pada-lahan-tambang.html). Diunduh pada hari senin 15 Oktober 2012.

Lampiran
Pertambangan Batubara Di Kalsel