Sabtu, 22 Juni 2013

hubungan bakteri pereduksi sulfat dengan Hg


 Hubungan Bakteri Pereduksi Sulfat dengan Merkuri (Hg)
Spesies-spesies bakteri pereduksi sulfat dari Desulfovibrio dan Desulfotomaculum mampu mengoksidasi senyawa organik maupun H2 menggunakan sulfat sebagai akseptor elektron untuk menghasilkan H2S dan bikarbonat. Proses pembentukan H2S dan pengendapan logam sulfida dapat dilihat pada reaksi kimia berikut ini (Brierley dan Brierley, 1997).
2 CH2O + SO42-        → H2S + 2 HCO3-                               (Reaksi 1)
5 H2 + SO42-              → H2S + 4H2O + 2e                           (Reaksi 2)
M2+ + S2-                   → MS↓                                               (Reaksi 3)
Bakteri pereduksi sulfat mengoksidasi senyawa organik maupun H2 menggunakan sulfat sebagai akseptor eloktron menghasilkan H2S dan bikarbonat (Reaksi 1 dan 2). Sulfida yang dihasilkan pada reaksi 1 dan 2, kemudian bereaksi dengan ion logam berat (M2+) untuk selanjutnya membentuk logam sulfida yang mengendap dan sukar larut (Reaksi 3). Menurut Vogel (1979), nilai tetapan kelarutan untuk HgS, PbS dan CdS berturut-turut adalah 3 x 10-54, 3,4 x 10-28 dan 3,6 x 10-29. Berdasarkan nilai tetapan kelarutan tersebut maka dapat diketahui  bahwa ketiga senyawa sulfida logam tersebut relatif stabil dan sukar larut.
Akibat aktivitas mikroba ini logam akan terpresipitasi sehingga kelarutan logam menjadi sangat rendah dan diharapkan konsentrasinya tidak berbahaya bagi lingkungan. Mekanismenya adalah pembentukan HgS dari Hg2+ oleh sulfate reducing bacteria (SRB) yang sangat tidak larut, bentuk HgS ini hanya dapat larut dalam alkalin dan asam.
Penurunan ketersediaan logam ini juga terjadi secara kimia akibat meningkatnya pH yang terjadi adanya penambahan bahan organik dan aktivitas BPS. Meningkatnya pH akan berpengaruh terhadap menurunnya kelarutan dan ketersediaan unsur hara mikro (termasuk logam-logam) pada tanah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar