Hubungan Bakteri Pereduksi
Sulfat dengan Merkuri (Hg)
Spesies-spesies bakteri pereduksi sulfat dari Desulfovibrio dan Desulfotomaculum mampu mengoksidasi senyawa organik maupun H2
menggunakan sulfat sebagai akseptor elektron untuk menghasilkan H2S
dan bikarbonat.
Proses pembentukan H2S dan pengendapan logam sulfida dapat dilihat
pada reaksi kimia berikut ini (Brierley dan Brierley, 1997).
2 CH2O
+ SO42- → H2S
+ 2 HCO3- (Reaksi
1)
5 H2
+ SO42- →
H2S + 4H2O + 2e (Reaksi
2)
M2+
+ S2- → MS↓ (Reaksi
3)
Bakteri pereduksi sulfat mengoksidasi senyawa organik maupun
H2 menggunakan sulfat sebagai akseptor eloktron menghasilkan H2S
dan bikarbonat (Reaksi 1 dan 2). Sulfida yang dihasilkan pada reaksi 1 dan 2,
kemudian bereaksi dengan ion logam berat (M2+) untuk selanjutnya
membentuk logam sulfida yang mengendap dan sukar larut (Reaksi 3). Menurut
Vogel (1979), nilai tetapan kelarutan untuk HgS, PbS dan CdS berturut-turut
adalah 3 x 10-54, 3,4 x 10-28 dan 3,6 x 10-29.
Berdasarkan nilai tetapan kelarutan tersebut maka dapat diketahui bahwa ketiga senyawa sulfida logam tersebut
relatif stabil dan sukar larut.
Akibat aktivitas mikroba ini logam akan terpresipitasi
sehingga kelarutan logam menjadi sangat rendah dan diharapkan konsentrasinya
tidak berbahaya bagi lingkungan. Mekanismenya adalah pembentukan HgS dari Hg2+
oleh sulfate reducing bacteria (SRB)
yang sangat tidak larut, bentuk HgS ini hanya dapat larut dalam alkalin dan
asam.
Penurunan ketersediaan logam ini juga terjadi secara kimia
akibat meningkatnya pH yang terjadi adanya penambahan bahan organik dan
aktivitas BPS. Meningkatnya pH akan berpengaruh terhadap menurunnya kelarutan
dan ketersediaan unsur hara mikro (termasuk logam-logam)
pada tanah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar